Sabtu, 13 Februari 2016

Remaja Buddhis Yang Gaul

Menyendiri Lebih Baik Dari Pada Bergaul Dengan Orang Jahat,
Bergaul Dengan Orang Yang Baik Lebih Baik Dari Pada Menyendiri,
Berbicara Yang Baik Lebih Baik Dari Pada Berdiam,
Berdiam Lebih Baik Dari Berbicara Yang Buruk.

“Loo mau ke mana, mas bro?”
       “Gw mau nonton ke bioskop. Mw kut, ga?”
     “Ah..., bioskop..., bosen mas bro! Mending ikutan gw. Gw ikut dengerin ceramah di Vihara A ni. Bhante yang ngisinya dari jawa timur Bhante utamo, lho. Jarang-jarang lho!”

          “ndengerin ceramah Bhante utamo !? Kayaknya seru, tuh! Mending gw ikutan elo, deh. Kalo nonton gw bisa nunggu DVD-nya keluar aja. Hitung-hitung ngemat uang untuk berdana. Hehehe.”

          Apakah mungkin percakapan seperti ini bisa terjadi pada para remaja sekarang, ya? vihara dapat menyaingi bioskop, Puja bhakti lebih keren dari nonton film, dan uang untuk hura-hura malah dipakai berdana.

Ah, hanya khayalan! Ga mungkin ada remaja gaul yang baik hati!
Ups, belum tentu! Tidak ada hal yang mustahil di dunia ini, sob!

          Di zaman sekarang, banyak para remaja yang cenderung suka dengan hal-hal bersifat duniawi, seperti nongkrong, pacaran, dugem, dan sebagainya. Bahkan tak sedikit dari mereka yang jatuh ke dalam dunia gemerlap dan kriminal, seperti seks bebas, perkelahian, perjudian, pemakaian obat terlarang, bahkan pembunuhan. Tapi kenyataanya, masih ada juga kok, para remaja yang rajin belajar, rajin Puja bhakti dan bhakti kepada orang tuanya.

          Nah, pertanyaannya, mengapa bisa ada dua jenis remaja seperti yang disebutkan di atas? Itu dikarenakan masa remaja adalah masa rentan, masa di mana mereka mencari jati diri, sehingga perlu mendapatkan bimbingan. Begitupun apabila kita ingin suatu saat nanti para remaja bisa seperti remaja yang ada di dialog pembukaan tulisan ini. Oleh karena itu, diperlukan adanya bimbingan tentang pentingnya kebajikan kepada mereka.

Temen-temen tentu udah nggak asing lagi dengan istilah ‘gaul’. Yach, tren yang udah membumi di lingkungan temen-temen. Dari mulai model baju, celana ketat, rok mini, tanktop, sampe buku-buku dan majalah nggak ketinggalan ngebahas tren itu dan yang nggak kalah seru cara gaya berbicaranya (Unyu2x “lucu-lucu”, cemungut “semangat”, mi pah “demi apa”, ciyus “serius”, culga “surga” dll). Tapi apa temen-temen tau, apa sih sebenernya arti gaul tersebut?

Ada yang bilang, gaul itu punya banyak temen dan punya banyak wawasan. Di mana-mana ia dikenal. Banyak yang nelponin, banyak yang ngajakin hang-out bareng, banyak yang naksir, banyak juga yang iseng gangguin. Pokoknya, layaknya superstar lah, ia dikenal di manapun berada.

Ada juga yang bilang, gaul itu ngikutin perkembangan zaman. Pokoknya, orang bisa dikatakan gaul jika ia bisa ngikutin terus perkembangan zaman paling modern. Dari bacaan modern yang ngebahas perselingkuhan artis, sampai film modern yang mengumbar nafsu dan kekerasan. Dari mulai celana gombrong di bawah mata kaki sampai celana ketat yang kesannya kayak telanjang. Dari baju kebesaran yang berumbai di mana-mana sampai kaos kekecilan model adik bayi. Semuanya diikutin. Namanya aja ngikutin tren modern!

Ada lagi yang memaknai gaul sebagai kebiasaan belanja di mall, nongkrong di kafe, jago sms-an, jago pencet HP, dan sebagainya.

Tapi apa emang cuma sebatas itu aja definisi gaul?

Dalam buddhis sendiri, gaul berarti punya prinsip dalam bergaul. Kan nggak lucu banget, kalo kita ngaku gaul tapi ke mana-mana cuma ikut-ikutan tanpa dasar. Nah, untuk itu kita harus nyari tau prinsip tersebut. Caranya? Bergaul dengan orang baik. Pramuka aja punya prinsip “Satyaku kudharmakan, dharmaku kubaktikan”, masa' sih kita seorang Buddhis yang merupakan umat terbaik malah nggak punya prinsip. Malu dong!!!

Lantas apa prinsip kita sebagai Buddhis? “Malu berbuat jahat dan takut akan akibat perbuatan jahat!”

Betul! Seratus deh buat kamu yang menjawab tadi!

Selain itu, pribadi seorang remaja Buddhis yang gaul tercermin memiliki perilaku yang baik dengan menerapkan dan meneladani sifat-sifat luhur Sang Buddha. Simak baik-baik yaaa....! Setelah itu dipraktikkan. Baru deh kalian tepat disebut sebagai remaja Buddhis yang gaul. Ada beberapa tips yang dapat dijadikan patokan bagi remaja Buddhis untuk menumbuhkan perilakunya agar menjadi lebih baik dan disukai banyak orang, yaitu:

1.    Murah Senyum
Orang yang murah senyum, ramah, serta selalu membawa energi positif kepada orang lain di sekitarnya, bisa diterima dengan mudah di lingkungannya. Maka jangan sungkan apabila mempraktikkan tips yang pertama ini. Usahakan untuk terus membagi keramahan kamu dengan orang lain di sekitar lewat senyum. Asal jangan sampai senyum yang kita perlihatkan jangan kebablasan alias kebanyakan, nanti jadinya malah disangkain orang nggak waras ama orang lain lagi,,, wkwkwkwk.
Hidup dan kehidupan remaja pun akan lebih indah dan menenteramkan bila kita menemui banyak senyum di sekeliling kita.  Terutama sang senyum dari wajah kita sendiri. Bukankah sangat enak bila kita menerima senyum?  Dan bukankah jauh lebih enak bila kita lah yang memberi senyum. Senyum pada hakikatnya adalah kebutuhan manusia.  Siapa yang senang tersenyum membuat batin dan jasmani terpenuhi salah satu kebutuhannya.  Bila remaja tidak senang tersenyum, ada luka di batinnya. 

2.    Percaya Diri (PD)
Percaya diri sangat penting dalam pergaulan. PD ini membuat orang yang diajak berbicara bisa jadi gaul, soalnya kalau di ajak bicara pasti juga bisa menjawab pembicaraan itu dengan lancar dan sesuai apa yang diinginkan orang lain. PD ini perlu kita pergunakan asal jangan sampai muncul rasa sombong pada diri kita. Rasa PD yang berlebihan kemungkinan malah akan memunculkan rasa sombong itu. Dan akan membuat kita rugi. PD bukan hanya dimengerti hanya sebatas berani berbicara SAJA melainkan berani dan mampu menghadapi masalah. Menghadapi masalah dengan memegang keyakinan bahwa segala sesuatu berubah (tidak ada yang kekal). Mungkin saat ini, kita sedang menghadapi masalah dalam hidup kita. Namun ini PASTI akan berlalu dan semua pasti baik-baik saja. Melakukan ini saja sudah membuat perasaan kita lebih baik bukan?.



3.    Menghargai Pendapat Orang Lain
“Jangan perhatikan siapa yang berbicara tapi perhatikanlah apa yang dia bicarakan.” Kata itulah yang saya dengar dari orang bijak. Jadi berusahalah untuk menghargai apa yang diungkapkan oleh orang lain kepada kita, karena apabila kita menghargai pendapat orang lain maka orang lain itu juga akan menghargai apa yang akan kita sampaikan, sehingga lama kelamaan kita akan dicap “gaul” oleh orang lain. Menghargai pendapat orang lain adalah suatu cara untuk mengukur kemajuan seseorang, karena jika banyak keangkuhan dan kesombongan yang terlihat, maka hal itu menunjukkan orang tersebut belum melangkah terlalu jauh di jalan kebenaran!

4.     Jujur
Kejujuran itu bisa memperindah siapapun agar terlihat lebih indah daripada sekedar tampilan luar yang tampak pada dirinya. Itulah kenapa orang jujur sudah pasti punya tempat dimanapun dia berada. Kejujuran sangat penting dalam proses melatih diri menjadi seorang Buddha. Dikatakan bahwa sebelum terlahir terakhir kalinya sebagai pangeran Siddhartha, Bodhisatta bisa melanggar semua sila moral, kecuali ikrar untuk mengatakan kebenaran. Hal ini menunjukkan bahwa kejujuran atau apa adanya sesuai dengan kebenaran dan kenyataan begitu penting dalam tahap mengembangkan kebijaksanaan seseorang.

5.    Berpikir Positif
Setiap tindakan yang dilakukan oleh remaja pasti didahului oleh pikiran, baik dalam tindakan yang positif maupun negatif. Bahwa segala sesuatu berasal dari pikiran. Pikiran inilah yang menentukan remaja dalam bertingkah laku, dengan selalu berpikir positif maka kebahagiaan akan selalu mengikuti sebaliknya dengan pikiran yang jahat maka penderitaan akan mengikutinya. Remaja harus dapat mengontrol pikirannya dengan baik misalnya rasa jengkel, kemarahan, kekecewaan, kegelisahan, dan lain sebagainya dengan cara selalu berpikir positif. Apabila selalu berpikir positif maka remaja tidak akan melakukan perbuatan yang negatif. Karena setiap masalah yang datang pasti ada hikmahnya ada pelajarannya yang biasa kita petik sebagai pengalaman, dari pengalaman itu kita akan menuju manusia dewasa.

  
Ingat akan kata–kata yang menyebutkan bahwa, “No body's perfect”. Tidak ada manusia yang sempurna, kalau kita mengukur dengan kesempurnaan kita justru itu kekeliruan dari kita. Ingat, “semua pasti berubah” demikian juga manusia yang jahat bisa berubah menjadi baik, yang baik menjadi jahat, maka dari itu mari kita lihat dari sisi positifnya jangan memandang rendah orang lain tapi lihatlah kedalam diri kita sendiri. Boleh gaul Tetapi tetap melakukan kebajikan, karena kebajikan yang akan menolong kita dari apa yang terjadi saat ini.

Kebajikan Merupakan Sumber Kebahagiaan